Jumat, 12 Agustus 2016

MICKY MOUSE

Akhirnya Ayah beli perangkap. Bukan perangkap dengan mekanisme menjepit korban, pula bukan racun. Kami tak hendak berurusan dengan bangkai. Ayah meletakkan sepotong ikan asin di dalamnya.

Belakangan kami merasa ada penghuni tambahan di rumah.  Dua kali ia merusak pipa dispenser yang serupa jelly itu. Air di galon merembes ke karpet dan Si Encul awalnya jadi terdakwa. Makanan tak lagi dibiarkan terbuka sejak sepotong pisang nampak digerogoti. Mahluk itu beredar dalam rumah, melintas di atas tirai, di balik meja, di belakang lemari.


Tentu saja akhirnya ia terpikat pada ikan asin dan terperangkap. Ayah memanggil dan memamerkan buruan : seraut tampang yang sebetulnya imut jika konsep tikus tak diasosiasikan dengan kejorokan. 

Ayah menghidupkan mobil dan pergi ke GOR komplek. Di sana, ia dibebaskan. Mahluk itu tak serta-merta terbirit-birit. Ia seperti bengong, terdiam sejenak. Barangkali ia dilanda jetlag -keterkejutan dan disorientasi.

Lalu setelah siuman, si tikus  menempuh rerumputan. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar