Tiba di Casablanca hari pertama bulan Mei 2016, setelah penerbangan kurang lebih delapan jam dari Doha. Total penerbangan saya sejak dari Jakarta hampir enam belas jam ! Ketika pesawat menyentuh landasan, nampak bentangan tanah retak-retak gering. Landasan tak seluruhnya beraspal.
Bandara Mohammed V bukan bandara besar dan modern. Kecil dan tua. Itu justru menguatkan gambaran kekunoan dalam kepala saya. Kota yang namanya berarti
rumah putih dalam bahasa Portugis ini (
casa branca, kemudian berubah dalam bahasa Spanyol
casa blanca ) biasa ditautkan dengan film-film
spy dan tentu saja film
Casablanca.
|
suasana bandara sultan mohammed v |
|
sekitar hotel |
|
sekitar hotel imperial |
|
Add caption |
|
hotel imperial
|
Saya mengharapkan istrahat ketika tiba di hotel Imperial, sebuah hotel berkesan kuno dengan lobby sempit dan pramutamu yang berpakaian tradisional. Namun demi memenuhi itinerary, kami hanya memasukkan barang ke dalam kamar dan langsung menyusuri kota
Tentu saja yang wajib didatangi di Casablanca adalah masjid
Sultan Hassan II. Bangunan ini menjorok ke Laut Atlantik. Dibangun pada tahun 1983 dan selesai tahun 1993, masjid yang memiliki menara setinggi 210 meter ini, diarsiteki Michel Penseau. Berkarib debur ombak, lokasi masjid ini juga merupakan tempat berleha-leha warga
Maroko. Kebetulan saat itu hari Minggu. Orang-orang ramai di tembok pembatas menghadap laut. Banyak pedagang makanan.
|
sampah yang belum diangkut
tak lama setelah memotretnya, petugas kebersihan tiba |
Suasana Casablanca yang saya tangkap adalah tenang dan damai. Sampah yang teronggok belum diangkut petugas kebersihan di beberapa sudut-sudut jalan, sangat saya sayangkan. Rumah-rumah gaya mediterania dengan bunga-bunga warna-warni sungguh menarik.
|
bandara mohammed v |
Saat saya menulis catatan ini, saya berusaha mengingat-ingat tempat yang datangi :). Saya menyesal baru menuliskannya sekarang. Menyesal pula saya mencatat sekadar di note ponsel. Seharusnya begitu tiba di kamar hotel saya segera menulis. Sekarang, saya melupakan hal-hal detil yang justru penting untuk sebuah tulisan perjalanan.
|
jalanan casablanca |
Selama berada di kota terbesar di Maroko ini, saya tak sempat nongkrong di warung yang menjual makanan lokal otentik semisal
couscous. Meski hotel menyajikan makanan lokal, tentu berbeda dengan makanan di luar hotel. Itu salah satu penyesalan saya dan yang membuat saya bercita-cita kelak hendak kembali ke Maroko.
|
kawasan masjid hassan ii |
|
laut atlantik |
|
sudut-sudut kota |
|
memotret dari kaca bus |
|
masjid sultan hassan II |
|
sudut-sudut kota |
|
sudut-sudut kota |
Maroko merupakan penghasil minyak Argan -terbaik di dunia. Tanaman endemik yang bernama latin
Argania spinosa merupakan komoditas unggul Maroko (tanaman ini juga tumbuh di Israel dan Mexico namun native-nya Maroko). Minyak Argan digunakan dalam makanan, kosmetik, pengobatan. Karena merupakan tumbuhan endemik dan oleh dampak budidaya, spesies ini dilindungi UNESCO. Terdapat konservasi
Argania di kawasan antara pegunungan Atlas dan Atlantik seluas 2.560.000 hektar
Pemandu membawa kami ke sebuah toko yang menjual produk Argania spinosa ; minyak argan murni, kosmetik dan obat-obatan. Toko kecil yang di dalamnya menjadi beberapa ruangan ini juga menjual herbal lokal lainnya. Sebelum mempresentasikan produk, pegawai toko menggunakan seperti jas lab.
Jangan lupa membeli produk minyak Argan ini karena merupakan khas dan keunggulan Maroko. Biasanya kosmetik yang mengandung minyak Argan merupakan produk high-end ketika diproduksi negara lain.