Rabu, 10 Agustus 2016

MATA INDRES BERKACA-KACA

Karena Mbak Wary harus kembali ke Jogjakarta. 


Di terminal bus yang agak gelap, Indres mewek. Ia mengantar kakaknya hingga pintu bus. Wary tak naik pesawat perusahaan karena jadwal terbang pesawat tersebut dari kota kami ke Balikpapan tak begitu menyenangkan baginya. Ketimbang berlama-lama di bandara, Ia memilih menempuh kurang lebih enam jam perjalanan darat.  Keputusan yang aneh menurut saya karena saya lebih memilih nongkrong barang 3-4 jam di bandara ketimbang naik bus. Lalu ngopi-ngopi cantik.  Tetapi Wary tak suka menunggu sendirian. Ia selalu nampak sedikit gugup jika melakukan perjalanan seorang diri.


Kepergian dua anggota keluarga menjadikan rumah sejenak terasa suwung. Kemarin suami bisik-bisik : " Mengapa Si Encul menangis ?".   Ia melihat anak itu meneteskan air mata di kamar.  Saya pikir mungkin bertengkar dengan Yesha atau dengan salah satu geng Bodrex (istilah kami untuk empat kawannya yang sering ishoma di rumah).


Ternyata ia masih bersedih atas kepergian Mbak Wary. Mengenang-ngenang kebersamaan mereka. Saya menggodanya, bergaya terisak-isak. O, sungguh kelakuan tak berempati pada kanak-kanak yang kehilangan seteru sekaligus kawan bermain ! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar